Perlindungan, penegakan dan pemenuhan hak atas tanah korban lumpur Lapindo
DOI:
https://doi.org/10.31292/jta.v6i1.204Keywords:
Lapindo mudflow, compensation, destroyed landAbstract
Provision of insufficient compensation for community land and/or buildings submerged in the Lapindo mudflow presents a challenge in providing clarity on settlement information and the legal status of the land. The social and legal challenge for settling compensation is faced with discrimination in payment of the Map of the Affected Area, including the status of the land after the disaster. A qualitative method was used in this study, along with a literature search. A total of 54 secondary data points were collected and descriptively analyzed in order to validate the compensation process and evaluate the legal status of the land in accordance with laws and regulations. According to the findings, the government has declared the area that sank as a natural disaster as a result of the Lapindo mudflow. The government and the company are responsible for dealing with the disaster, with all compensation funding coming from the State Revenue and Expenditure Budget (APBN) and other legitimate funding sources. Plots of land owned by the community that were submerged in mud were classified as destroyed land because the community was unable to maintain and maintain the identity of the physical form, location, boundaries, area, shape, and function of their land rights. In the future, the silted-up expanse of land will have the status of state land, and the state will be able to grant land rights to the community or parties in need by applying for rights.
Pemberian ganti kerugian yang belum tuntas terhadap tanah dan/atau bangunan milik masyarakat yang terendam lumpur Lapindo menimbulkan tantangan untuk memberikan kejelasan informasi penyelesaiannya dan status hukum tanahnya. Tantangan sosial dan legal untuk penyelesaian ganti kerugian tersebut dihadapkan pada diskriminasi pembayaran atas Peta Area Terdampak termasuk status tanah pasca kejadian bencana. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan penelusuran pustaka. Sejumlah 54 data sekunder yang terkumpul dianalisis secara deskriptif untuk memvalidasi proses ganti kerugian dan mengevaluasi status hukum tanah yang sesuai peraturan perundangan. Hasilnya menunjukkan bahwa pemerintah menetapkan area yang tenggelam akibat semburan lumpur Lapindo sebagai bencana alam. Pemerintah dan pihak perusahaan bertanggung jawab menanggulangi bencana tersebut dengan segenap pembiayaan ganti kerugian dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan sumber pendanaan lainnya yang sah. Bidang-bidang tanah milik masyarakat yang terendam lumpur dikategorikan sebagai tanah musnah karena masyarakat tidak mampu menjaga dan memelihara identitas wujud fisik, letak, batas, luas, bentuk, dan fungsi hak atas tanahnya. Pada masa depan, hamparan tanah karena endapan lumpur tersebut berstatus sebagai tanah negara dan negara dapat kembali memberikan hak atas tanah kepada masyarakat atau pihak yang membutuhkan dengan permohonan hak.
Downloads
References
Abdillah, R. M., & Suryawan, I. B. (2019). strategi pengembangan lumpur lapindo sebagai wisata edukasi di kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Jurnal Destinasi Pariwisata, 7(2). https://doi.org/10.24843/jdepar.2019.v07.i02.p11
Aji, F., Hadiwidodo, M., & Samudro, G. (2015). Solidifikasi lumpur lapindo dalam upaya pencegahan pencemaran lingkungan sebagai bahan campuran paving block. Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang.
Alexander, H. B. (2021, June 10). 2 Tahun, Pemerintah guyur Rp 11,27 triliun ganti rugi korban Lapindo. Kompas.Com, 1–2. https://www.kompas.com/properti/read/2021/06/10/090000321/12-tahun-pemerintah-guyur-rp-11-27-triliun-ganti-rugi-korban-lapindo-?page=all
Anom Wiryasa, Ngk., & Sudarsana, I. (2009). Pemanfaatan lumpur Lapindo sebagai bahan substitusi semen dalam pembuatan bata beton Pejal. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, 13(1). https://ojs.unud.ac.id/index.php/jits/article/view/3512
Batubara, B., & Utomo, P. W. (2012). Kronik lumpur Lapindo skandal bencana industri pengeboran migas di Sidoarjo. INSISTPress.
Danendra, M. R., & Mujiburohman, D. A. (2022). Pembentukan bank tanah: Merencanakan ketersediaan tanah untuk percepatan pembangunan di Indonesia. Widya Bhumi, 2(1), 1–20. https://doi.org/https://doi.org/10.31292/wb.v2i1.18
Desyani, A. (2012, August 14). Komnas HAM: Kasus Lapindo adalah kejahatan . Tempo.Co, 1–2.https://nasional.tempo.co/read/423492/komnas-ham-kasus-lapindo-adalah kejahatan
Drake, P. (2018). Indonesia’s accidental island: Composing the environment in the echo of disaster. Environmental Communication, 12(2). https://doi.org/10.1080/17524032.2016.1211159
Ekawati, J.-, & Sulistyowati, E. (2021). Kerentanan ekonomi di area permukiman terdampak bencana lumpur Lapindo, Sidoarjo. Jurnal Permukiman, 16(1). https://doi.org/10.31815/jp.2021.16.41-53
Elika, E. P., Resnawaty, R., & Gutama, A. S. (2017). Bencana sosial kasus lumpur Pt. Lapindo Brantas Sidoarjo, Jawa Timur. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2). https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14272
Fany, S. A. (2011). Perspektif hukum Islam terhadap ketentuan ganti rugi atas harta wakaf yang terkena dampak lumpur Lapindo di desa Jatirejo kecamatan Porong kabupaten Sidoarjo. IAIN Sunan Ampel.
Farida, A. (2013). Jalan panjang penyelesaian konflik kasus lumpur Lapindo. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 17(2). https://doi.org/10.22146/jsp.10880
Guitarra, P. (2022, June 9). Fiks, Harta karun di lumpur Lapindo bisa buat baterai listrik. Cnbcindonesia.Com, 1–2. https://www.cnbcindonesia.com/news/20220609170659-4-345787/fiks-harta-karun-di-lumpur-lapindo-bisa-buat-baterai-listrik
Halim, A., Cakrawala, M., Fuhaid, N., Sipil, J. T., & Mesin, J. T. (2017). Penambahan CaCO 3, CaO dan CaOH 2 pada lumpur Lapindo agar berfungsi sebagai bahan pengikat. Prosiding SENTIA, 9. http://sentia.polinema.ac.id/index.php/SENTIA2017/article/view/246
Intakhiya, D. M., Santoso, U. P., & Mutiarin, D. (2021). Strategi dalam penanganan kasus lumpur Lapindo pada masyarakat terdampak lumpur Lapindo Porong-Sidoarjo Jawa Timur. Jurnal MODERAT, 7(3). https://doi.org/10.25157/moderatjurnalilmiahilmupemerintahan.v7i3.2487
Irawan, & Paranata. (2010). Analisis penetapan nilai ganti kerugian properti korban luapan lumpur Lapindo. JEJAK, 3. https://doi.org/10.15294/jejak.v3i2.4653
Ismail, M. (2011). Pemetaan dan resolusi konflik (Studi tentang korban lumpur Lapindo Sidoarjo). Jurnal Sosiologi Islam, 1(1). http://jurnalfisip.uinsby.ac.id/index.php/JSI/article/view/10/9
Junarto, R., & Suhattanto, M. A. (2022). Kolaborasi menyelesaikan ketidaktuntasan program strategis nasional (PTSL-K4) di masyarakat melalui Praktik Kerja Lapang (PKL). Widya Bhumi, 2(1), 21–38. https://doi.org/10.31292/wb.v2i1.24
Karimah, R. (2013). Batako lumpur Lapindo sebagai alternatif material pasangan dinding. Jurnal Media Teknik Sipil, 10(1). https://doi.org/10.22219/jmts.v10i1.1214
Khasanah, D. D., & Alfons. (2021). Analisis yuridis akibat dari musnahnya obyek jaminan yang dilekati hak tanggungan karena bencana alam. Widya Bhumi, 1(2), 149–159. https://doi.org/10.31292/wb.v1i2.15
Lepenioti, K., Bousdekis, A., Apostolou, D., & Mentzas, G. (2020). Prescriptive analytics: Literature review and research challenges. In International Journal of Information Management (Vol. 50). https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2019.04.003
Lestari, S. E., & Djanggih, H. (2019). Urgensi hukum perizinan dan penegakannya sebagai sarana pencegahan pencemaran lingkungan hidup. Masalah-Masalah Hukum, 48(2). https://doi.org/10.14710/mmh.48.2.2019.147-163
Lisdiyono, E. (2014). Penyelesaian sengketa lingkungan hidup haruskah berdasarkan tanggung jawab mutlak atau unsur kesalahan. Jurnal Spektrum Hukum, 11(2). http://dx.doi.org/10.35973/sh.v11i2.620
Novenanto, A. (2010). Melihat kasus Lapindo sebagai bencana sosial. Jurnal Center for Religious and Cultural Studies, 4. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/abstrak_410115_tpjua.pdf
Novenanto, A. (2015). Manusia dan tanah?: Kehilangan dan kompensasi dalam kasus Lapindo. BHUMI Jurnal Agraria dan Pertanahan, 1(1). https://doi.org/10.31292/jb.v1i1.37
Noviandari, I., Balafif, M., & Aprilia, D. (2021). Peran objek wisata lumpur Lapindo Sidoarjo dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. CAKRAWALA, 15(1). https://doi.org/10.32781/cakrawala.v15i1.368
Nur Amrin, R., Imantaka, A. H., Tatagelo Narince Yanengga, E., & Cahyani Maulida, G. (2022). Status hukum hak atas tanah yang terkena bencana alam. Tunas Agraria, 5(1). https://doi.org/10.31292/jta.v5i1.168
Palinkas, L. A., Horwitz, S. M., Green, C. A., Wisdom, J. P., Duan, N., & Hoagwood, K. (2015). Purposeful sampling for qualitative data collection and analysis in mixed method implementation research. Administration and Policy in Mental Health and Mental Health Services Research, 42(5), 533–544. https://doi.org/10.1007/s10488-013-0528-y
Pertanahan, K., Masalah, A. L. B., Hak, S., Tanah, A., Dengan, B., Peristiwa, A., Gempa, A., Menurut, B., & Masalah, B. P. (2017). Perlindungan hukum terhadap pemegang sertifikat hak atas tanah berkaitan dengan adanya peristiwa alam gempa bumi menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960. Lex Privatum, 5(9). https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/18337
Phillips, M. (2016). Assets and affect in the study of social capital in rural communities. sociologia ruralis, 56(2). https://doi.org/10.1111/soru.12085
Pratami, B. D., Larasati, R., Ratna Intan, S. R., & Kamalludin, I. (2021). Status hukum tanah musnah berdasarkan Permen ATR/BPN No. 17 Tahun 2021. Jurnal Officium Notarium, 1(2). https://doi.org/10.20885/jon.vol1.iss2.art2
Pujianto, A., Prayuda, H., Monika, F., Cahyati, M. D., & Zulviandika, F. (2021). The utilization of Lapindo powder as a material for high strength concrete. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 1144(1). https://doi.org/10.1088/1757-899x/1144/1/012011
Putri, C. A. (2021, November 22). Masalah Lapindo belum beres, Bakrie masih ngutang Rp 2,23 T. Cnbcindonesia.Com, 1–2. https://www.cnbcindonesia.com/news/20211122184322-4-293543/masalah-lapindo-belum-beres-bakrie-masih-ngutang-rp-223-t
Rachmawati, T. A., Deguchi, C., & Yoshitake, T. (2011). Disaster risk reduction to municipal spatial plan: A case study of mudflow disaster in Sidoarjo, Indonesia. European Journal of Social Sciences, 23(4). https://www.researchgate.net/publication/296750626
Rahmanda, B. (2019). Perlindungan hukum bagi pengusaha pemilik tanah akibat musnahnya tanah oleh bencana alam dan kaitannya dengan pihak ketiga. Gema Keadilan, 6(1). https://doi.org/10.14710/gk.6.1.63-74
Rahmanto, N. (2021). Keterbukaan informasi publik data pertanahan. Widya Bhumi, 1(1). https://doi.org/10.31292/wb.v1i1.9
Rojiba, A., & Wisnu. (2016). Aspek politis lumpur lapindo sidoarjo tahun 2006-2014. AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah, 4(2). https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/14935
Romsan, A., & Isa, S. M. (2014). Corporate responsibility for environmental human rights violation: A case study of Indonesia. Pertanika Journal of Social Science and Humanities, 22(January). https://repository.unsri.ac.id/19569/
Schiller, J., Lucas, A., & Sulistyanto, P. (2008). Leraning from the East Java mudflow: Disaster politics in Indonesia. Indonesia, 85(April). https://ecommons.cornell.edu/bitstream/handle/1813/54445/INDO_85_0_1211483260_51_78.pdf
Setiawan, A., & Pratitis, N. T. (2016). Religiusitas, dukungan sosial dan resiliensi korban lumpur Lapindo Sidoarjo. Persona:Jurnal Psikologi Indonesia, 4(02). https://doi.org/10.30996/persona.v4i02.555
Snyder, H. (2019). Literature review as a research methodology: An overview and guidelines. Journal of Business Research, 104. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2019.07.039
Sujatmiko, G., & Herdiana, W. (2016). Eksperimen pengolahan lumpur Lapindo menjadi sebuah produk dengan cara direbus untuk mendapatkan hasil produk yang tidak mudah retak. Universitas Surabaya. http://repository.ubaya.ac.id/34700/1/LUMPUR%20LAPINDO.pdf
Sukmana, O. (2017a). Dominasi dan ketidakadilan negara dan korporasi dalam kasus bencana lumpur. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 30(2). https://doi.org/10.20473/mkp.V30I22017.150-161
Supadno, & Junarto, R. (2022). Mengatasi permasalahan pertanahan dengan gotong royong dan mengangkat ekonomi kerakyatan dengan sertipikasi tanah. Tunas Agraria, 5(3), 268–285. https://doi.org/https://doi.org/10.31292/jta.v5i3.193
Suryani, N. (2016). Penegakan hukum pidana lumpur lampindo masih jauh dari harapan. Bina Hukum Lingkungan, 1(1), 75–83. https://doi.org/https://doi.org/10.24970/bhl.v1i1.7
Susiati, D., & Setiadji, S. (2020). Status hukum hak milik atas tanah yang terkena abrasi. Mimbar Keadilan, 13(1). https://doi.org/10.30996/mk.v13i1.3082
Tingay*, M. (2015). What caused the ‘Lusi’ mudflow disaster in East Java, Indonesia?: Using geomechanical models to test earthquake and drilling-trigger theories. https://doi.org/10.1190/ice2015-2211591
Tingay, M. (2016). What caused the Lusi mudflow disaster in Indonesia? https://www.searchanddiscovery.com/pdfz/documents/2016/41791tingay/ndx_tingay.pdf.html
Warsini, N. (2008). Ganti rugi kepemilikan hak atas tanah masyarakat kabupaten Sidoarjo akibat pencemaran lingkungan oleh PT. Lapindo Brantas. Jurnal Hukum & Pembangunan, 38(4). https://doi.org/10.21143/jhp.vol38.no4.182
Wijaya, R. A. E. (2018). Dampak dan upaya pengendalian semburan lumpur panas di Porong Sidoarjo. Geomedia: Majalah Ilmiah Dan Informasi Kegeografian, 4(2). https://doi.org/10.21831/gm.v4i2.17845
Wulansari, H., Junarto, R., & Mujiburohman, D. A. (2021). Mewujudkan sistem pendaftaran tanah publikasi positif. Riau Law Journal, 5(1). http://dx.doi.org/10.30652/rlj.v5i1.7875
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Tsabita Latifaturrohmah, Rochmat Junarto
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.