Strategi Kolaboratif dalam Pelaksanaan Redistribusi Tanah untuk Pecepatan Reforma Agraria di Kabupaten Banyuwangi
DOI:
https://doi.org/10.31292/jta.v8i1.366Keywords:
kolaborasi, sertipikat tanah elektronik, redistribusi tanah, PPTKH, collaboration, electronic certificate, land redistributionAbstract
The large proportion of forest area in Banyuwangi Regency, which reaches 30%, has triggered many conflicts over land control by the community. This conflict has been going on for 20 years without resolution. The Ministry of Environment and Forestry reorganized forest area boundaries in 2023 through the Land Tenure Settlement in Forest Area Management (PPTPKH) program, and removed 725.81 hectares from forest area status through Decree No. 1004/MENLHK/SETJEN/PLA.2/9/2023 (Blue Decree). The momentum for the availability of land for agrarian reform objects from the release of forest areas is the starting point for land redistribution in agrarian reform, providing legal certainty to the community. The first quarter of 2024 saw the electronic issuance and submission of 10,323 land certificates. This research uses descriptive qualitative methods. The triangulation method was carried out to ensure the validity of the data and information obtained. This research revealed that the Agrarian Reform Task Force members actively participate in the largest land redistribution strategy in Indonesia. The acceleration of agrarian reform in Banyuwangi Regency serves as a valuable lesson for the completion of land redistribution in Indonesia.
Besarnya proporsi luas kawasan hutan di Kabupaten Banyuwangi yang mencapai 30%, memicu banyak konflik penguasaan tanah oleh masyarakat. Konflik ini telah berlangsung selama 20 tahun tanpa penyelesaian. Pada 2023, melalui program Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Penataan Kawasan Hutan (PPTPKH) oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, batas kawasan hutan ditata ulang, dan 725,81 hektar dikeluarkan dari status kawasan hutan melalui SK No. 1004/MENLHK/SETJEN/PLA.2/9/2023 (SK Biru). Momentum ketersediaan tanah objek reforma agraria dari pelepasan Kawasan hutan ini menjadi titik awal redistribusi tanah dalam reforma agraria, memberikan kepastian hukum kepada masyarakat. Sebanyak 10.323 sertifikat tanah diterbitkan dan diserahkan secara elektronik pada kuartal pertama tahun 2024. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode triangulasi dilakukan untuk menjamin validitas data dan informasi yang diperoleh. Penelitian ini menemukan bahwa strategi percepatan redistribusi tanah yang disebut sebagai yang terbesar di Indonesia ini melibatkan peran aktif dari pemangku kepentingan yang tergabung dalam Gugus Tugas Reforma Agraria. Berpijak dari percepatan Reforma Agraria yang dilaksanakan di Kabupaten Banyuwangi, strategi kolaboratif ini layak menjadi pembelajaran yang baik (lesson learned) untuk penyelesaian redistribusi tanah di Indonesia.
Downloads
References
Aprianto, T. C. (2021). Pelaksanaan Agenda Reforma Agraria Awal Masa Orde Baru (1967-1973). Historia, 3(2), 397–414.
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2018). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches | Enhanced Reader (5th ed., Vol. 1). SAGE Publications, Inc.
Doly, D. (2017). Kewenangan Negara Dalam Penguasaan Tanah: Redistribusi Tanah Untuk Rakyat (The Authority Of The State In Land Tenure: Redistribution Of Land To The People). Negara Hukum: Membangun Hukum Untuk Keadilan Dan Kesejahteraan, 8(2), 195–214. https://doi.org/10.22212/JNH.V8I2.1053
Karomah, S., & Suslowati, I. F. (2020). Konflik Pertanahan Antara Masyarakat Desa Pakel Dengan Perhutani Kph Banyuwangi Barat. Jurnal Hukum, 7, 150–163.
Kementerian ATR/BPN. (2023). Kolaborasi Lintas Sektor Jadi Kunci Berikan Kesejahteraan pada Masyarakat.
Khanifa, T. N., Syanurisma, S., & Luthfi, A. N. (2021). Menuju Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial di Banyuwangi, Jawa Timur (Sebuah Telaah Spasial dan Tematik). WIdya Bhumi, 1(2), 101–124.
Kukuh. (2023). Tanah Objek Reforma Agraria. KUKUH.
Moleong, L. J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Mulyani, L. (2014). The Unbroken Legacy: Agrarian Reform Of Yudhoyono’s Era 1.
Nurlinda, I. (2018). Perolehan Tanah Obyek Reforma Agraria (Tora) Yang Berasal Dari Kawasan Hutan: Permasalahan Dan Pengaturannya. Veritas et Justitia, 4(2), 252–273. https://doi.org/10.25123/vej.2919
Pandamdari, E. (2023). Penguatan Reforma Agraria Untuk Kemakmuran Rakyat Dalam Perspektif Hukum Tanah Nasional. Jurnal Hukum Nawasena Agraria, 1(1), 49–63. https://doi.org/10.25105/jhna.v1i1.16592
Priyatna, F. D. (2023). Pemkab Banyuwangi Dorong Penyelesaian Penguasaan Tanah Kawasan Hutan - TIMES Indonesia. Times Indonesia. https://beta-1.times.co.id/pemerintahan/456251/pemkab-banyuwangi-dorong-penyelesaian-penguasaan-tanah-kawasan-hutan
Raco, J. R. . (2010). Metode Penelltlan Kualltatlf Jenis, Karakteristik, Dan Keunggulannya. PT Grasindo, 146.
Salim, M. N. (2020). Reforma agraria: Kelembagaan dan Praktik Kebijakan (1st ed.). STPN Press.
Santosa, S., Wicaksono, A., & Nugroho, R. (2020). Multi-Role Collaboration of Ministries and Institutions in the Implementation of Agrarian Reform in Indonesia. BHUMI: Jurnal Agraria Dan Pertanahan, 5(3). https://doi.org/10.31292/jb.v5i3.384
Setyaningsih, Y., & Indiana, S. N. (2018). Collaborative Governance Dalam Pelaksanaan Gerakan Segoro Amarto Di Kota Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.
Sirajuddin, M. M. (2024). Study on Land Control Settlement in the Framework of Forest Area Arrangement (PPTPKH) in Banyuwangi Regency. Marcapada: Jurnal Kebijakan Pertanahan, 3(2), 152–166. https://doi.org/10.31292/mj.v3i2.56
Sugiyono, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Sulistyaningsih, R. (2021). Reforma Agraria Di Indonesia. Perspektif, 26(1), 57–64. https://doi.org/10.30742/perspektif.v26i1.753
Syanurisma, S. (2022). Villages in Forest Areas in Java: Agrarian Reform Policy-Social Forestry in Banyuwangi. Marcapada: Jurnal Kebijakan Pertanahan, 1(2). https://doi.org/10.31292/mj.v1i2.12
Tobing, M. C. H. L., & Tanaya, P. E. (2023). Problematika Pelaksanaan Reforma Agraria Di Indonesia. Kertha Semaya?: Journal Ilmu Hukum, 11(11), 2724–2736. https://doi.org/10.24843/KS.2023.V11.I11.P18
Triandaru, L., Amberi, M., Oktavianoor, T., & Hidayat, M. F. H. (2021). Kolaborasi Stakeholder Dalam Reforma Agraria Dengan Pola Redistribusi Tanah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Jurnal Administrasi Publik, 2, No. 2, 1–16.
Wulan, D. R., Salim, M. N., & Rineksi, T. W. (2022). Re-Scanning the Electronic Certificate Infrastructure (Sertipikat-el). Marcapada: Jurnal Kebijakan Pertanahan, 2(1). https://doi.org/10.31292/mj.v2i1.24
Yakin, M. N. (2022). Arupa Luncurkan Buku “Kemelut Tanah Hutan”, Gambarkan Konflik Agraria di Banyuwangi -. SUARA INDONESIA BANYUWANGI.
Zein, S. (2014). Reformasi Agraria Dari Dulu Hingga Sekarang di Indonesia. Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, 9(2), 121–135. https://doi.org/10.35968/jh.v9i2.357
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Wahyuni Wahyuni, Trisnanti Widi Rineksi, Muhamad Aris Sunandar, Muhammad Munif Sirajuddin
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.