Eksklusi Atas Ruang Hidup: Mempertahankan Hak Atas Tanah Masyarakat Petani di Kawasan Taman Wisata Alam Batur, Kintamani

Authors

  • Bayu Adhinata Universitas Warmadewa, Denpasar, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.31292/jta.v8i1.363

Keywords:

Eksklusi, Investasi, Konservasi, Ruang Hidup, TWA

Abstract

This research aims to examine agrarian conflicts between farmers and tourism investors in the Bukit Payang Nature Tourism Park (TWA), Kintamani. The presence of investors with permits to use 85.66 hectares for tourism development threatens the livelihoods of hundreds of farming families who have lived in this area since the 1920s. This research employed qualitative methods and a case study approach. Data collection was carried out by interviewing informants selected purposefully. The study included five informants, including three community leaders, one informant from the Legal Aid Institute in Bali, and one expert in agrarian law. This research shows that TWA residents have been marginalized. The community then fought back by blocking every attempt by the company to enter the area. Apart from that, the community also shows their resistance by defending their rights to their living space, resulting in contestation in the fight for economic spaces in the conservation area. There are at least four exclusionary powers that occur in the management of the Bukit Payang TWA area. Regulatory power, coercion, markets, and legitimacy. These four powers form an effort to exclude the community from access rights to resources in the TWA area.

 

Penelitian ini bertujuan mengkaji konflik agraria antara petani dan investor pariwisata di Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Payang, Kintamani. Kehadiran investor dengan izin pemanfaatan 85,66 hektar untuk pengembangan pariwisata mengancam mata pencaharian ratusan keluarga petani yang telah menghuni kawasan ini sejak 1920-an. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara informan yang dipilih secara purposif. Informan berjumlah lima orang yang terdiri atas tiga orang tokoh masyarakat, satu informan berasal dari LBH (Lembaga Bantuan Hukum) Bali, dan satu orang pakar hukum agraria. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi upaya peminggiran masyarakat yang mendiami kawasan TWA tersebut. Masyarakat kemudian melakukan perlawanan dengan menghadang setiap upaya dari perusahaan untuk masuk ke wilayah tersebut. Selain itu masyarakat juga menunjukkan resistensi mereka dengan mempertahankan hak atas ruang hidup mereka sehingga terjadi kontestasi dalam perebutan ruang-ruang ekonomi dari kawasan konservasi tersebut. Terdapat setidaknya empat kuasa eksklusi yang terjadi dalam pengelolaan kawasan TWA Bukit Payang ini. Kuasa regulasi, pemaksaan, pasar, dan legitimasi. Keempat kuasa tersebut membentuk upaya pengecualian masyarakat terhadap hak akses atas sumber daya yang ada di kawasan TWA.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Afrizal, & Berenschot, W. (2022 Land-use change conflicts and anti-corporate activism in Indonesia: A review essay. Journal of East Asian Studies, 22(2), 333-356. https://doi.org/10.1017/jea.2022.12

Ambarwati, M. E., Sasongko, G., & Therik, W. M. (2018). Dinamika konflik tenurial pada kawasan hutan negara (Kasus di BKPH Tanggung KPH Semarang). Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 6(2), 112-120

Anggoro, M. D., Awang, S. A., Santoso, P., & Faida, L. R. W. (2020). Kekerasan Negara dalam Konflik Pengelolaan Kawasan Konservasi di Indonesia: Perspektif Pemberitaan Media. Jurnal Ilmu Kehutanan, 14(2), 131–144. https://doi.org/https://doi.org/10.22146/jik.61378

Anugrah, G. (2020). The Power of Exclusion in Agrarian Conflict of Bangko-Bangko National Natural Park, West Lombok. Masyarakat: Jurnal Sosiologi, 25(2), 213–231. https://doi.org/10.7454/MJS.v25i2

Bale Bengong. (2023, October 16). Konflik di TWA Gunung Batur. Bale Bengong. https://balebengong.id/hentikan-perampasan-ruang-hidup-dan-kriminalisasi-petanidi-twa-gunung-batur/

BKSDA Bali. (2024). Data dan Informasi Kawasan HUtan. https://www.ksda-bali.go.id/data-informasi/kawasan-hutan

Borras Jr, S. M., Edelman, M., & Kay, C. (2008). Transnational agrarian movements: Origins and politics, campaigns and impact. Journal of Agrarian Change, 8(2?3), 169-204. https://doi.org/10.1111/j.1471-0366.2008.00167.x

Borras, S. M., & Franco, J. C. (2013). Global Land Grabbing and Political Reactions “From Below.” Third World Quarterly, 34(9), 1723–1747. https://doi.org/10.1080/01436597.2013.843845

Cahyono, E. (2013). Eksklusi atas nama konservasi (studi kasus masyarakat sekitar/dalam kawasan Taman Nasional Ujungkulon Banten). Jurnal Sosiologi Reflektif, 8(1), 210-245.

Cahyono, E. (2013). EKSKLUSI ATAS NAMA KONSERVASI (Studi Kasus Masyarakat Sekitar/Dalam Kawasan Taman Nasional Ujungkulon Banten. Sosiologi Reflektif, 8(1), 210–245. https://ejournal.uin-suka.ac.id/isoshum/sosiologireflektif/article/view/519

Christian, Y., & Desmiwati, D. (2018). Menuju Urbanisasi Pulau Kecil: Produksi Ruang Abstrak dan Perampasan. Journal of Regional and Rural Development Planning, 2(1), 45. https://doi.org/10.29244/jp2wd.2018.2.1.45-63

Cramb, R., & Curry, G. N. (2012). Oil palm and rural livelihoods in the Asia-Pacific region: An overview. Asia Pacific Viewpoint, 53(3), 223–239. https://doi.org/10.1111/j.1467-8373.2012.01495.x

Creswell, J. W., & Poth, C. N. (2018). A Book Review: Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Among Five Approaches. https://doi.org/10.13187/rjs.2017.1.30

Dhiaulhaq, A., & McCarthy, J. F. (2020). Indigenous Rights and Agrarian Justice Framings in Forest Land Conflicts in Indonesia. Asia Pacific Journal of Anthropology, 21(1), 34–54. https://doi.org/10.1080/14442213.2019.1670243

Hall, D., Hirsch, P., & Li, T. M. (2011). Kuasa Eksklusi: Dilema Pertanahan di Asia Tenggara. INSIST Press.

Hampton, M. P., & Jeyacheya, J. (2015). Power, Ownership and Tourism in Small Islands: Evidence from Indonesia. World Development, 70, 481–495. https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2014.12.007

Kriswoyo, Pello, J., & Kaho, L. M. R. (2019). Peranan Tiga Pilar dalam Penyelesaian Konflik Tenurial di Taman Wisata Alam Ruteng, Flores, Nusa Tenggara Timur. Bumi Lestari Journal of Environment, 19(1), 36–48. https://doi.org/10.24843/blje.2019.v19.i01.p05

Lund, C. (2020). Nine-Tenths of the Law: Enduring Dispossession in Indonesia. Yale University Press. https://doi.org/10.2307/j.ctv1b0fw9d

Mutolib, A., Yonariza, Mahdi, & Ismono, H. (2015). Konflik Agraria dan Pelepasan Tanah Ulayat (Studi Kasus Pada Masyarakat Suku Melayu di Kesatuan Pemangkuan Hutan Dharmasraya, Sumatera Barat). Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 12(3), 213–225.

Muur, W. van der. (2018). Forest conflicts and the informal nature of realizing indigenous land rights in Indonesia. Citizenship Studies, 22(2), 160–174. https://doi.org/10.1080/13621025.2018.1445495

Nurhadi, I., Amiruddin, L., & Rozalinna, G. M. (2019). Produksi ruang dan perubahan pengetahuan pada masyarakat sekitar objek wisata Waterland. Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya, 3(1), 46–64.

Nusa Bali. (2023, July 26). DPRD Minta Klarifikasi BKSDA dan Investor Tindaklanjuti Aspirasi Warga Kintamani. https://www.nusabali.com/berita/146912/dprd-minta-klarifikasi-bksda-dan-investor

Peluso, N. L., & Vandergeest, P. (2001). Genealogies of the Political Forest and Customary Rights in Indonesia, Malaysia, and Thailand. Source: The Journal of Asian Studies, 60(3), 761–812. https://doi.org/10.2307/2700109

Rachman, N. F. (2013). Rantai Penjelas Konflik-Konflik Agraria yang Kronis, Sistemik, dan Meluas di Indonesia. Bhumi: Jurnal Agraria Dan Pertanahan, 37(1), 1–14.

Riggs, R. A., Sayer, J., Margules, C., Boedhihartono, A. K., Langston, J. D., & Sutanto, H. (2016). Forest tenure and conflict in Indonesia: Contested rights in Rempek Village, Lombok. Land Use Policy, 57, 241–249. https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2016.06.002

Suriyani, L. D. (2024, July 12). Konflik TWA Batur Payang: Dampak pada Perempuan dan Peran Komnas Perempuan. https://www.mongabay.co.id/2024/07/12/konflik-twa-batur-payang-dampak-pada-perempuan-dan-peran-komnas-perempuan/

Suryawan, I. N. (2021). Memperjuangkan Sumber Kehidupan Sesungguhnya: Masyarakat Adat Dalem Tamblingan dan Kedaulatan atas Alas Merta Jati di Kabupaten Buleleng, Bali. BHUMI: Jurnal Agraria Dan Pertanahan, 7(1), 79–95. https://doi.org/10.31292/bhumi.v7i1.479

Syafi’i, I. (2016). Konflik Agraria di Indonesia: Catatan Reflektif Konflik Perkebunan Sawit di Kotawaringin Timur. Jurnal Masyarakat & Budaya, 18(3), 415–432. https://doi.org/10.14203/jmb.v18i3.572

White, B., Borras, S. M., Hall, R., Scoones, I., & Wolford, W. (2012). The new enclosures: Critical perspectives on corporate land deals. Journal of Peasant Studies, 39(3–4), 619–647. https://doi.org/10.1080/03066150.2012.691879

Downloads

Published

2025-01-02

How to Cite

Adhinata, B. (2025). Eksklusi Atas Ruang Hidup: Mempertahankan Hak Atas Tanah Masyarakat Petani di Kawasan Taman Wisata Alam Batur, Kintamani. Tunas Agraria, 8(1), 1–18. https://doi.org/10.31292/jta.v8i1.363