Pengaturan Jangka Waktu Yang Berkeadilan Atas Perjanjian Kerjasama Kepada Pihak Ketiga Hak Pengelolaan Diatas Tanah Ulayat

Authors

  • Iqbal Maulana Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Jawa Timur, Indonesia
  • Moh Fadli Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Jawa Timur, Indonesia
  • Herlindah Herlindah Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Jawa Timur, Indonesia
  • Iwan Permadi Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Jawa Timur, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.31292/jta.v7i3.352

Keywords:

Masyarakat Adat, Hak Pengelolaan, Pihak Ketiga, Keadilan

Abstract

The UN Declaration on the Rights of Indigenous Peoples and the Indonesian Constitution both recognize the traditional rights of indigenous peoples. New regulations in Indonesia have introduced management rights originating from customary land. However, a legal vacuum exists regarding the terms of agreements to collaborate with third parties, putting both indigenous communities and third parties at risk. The research aims to safeguard and establish clarity for the traditional rights of indigenous peoples, as well as those of third parties seeking land management rights. This research employs a normative, juridical approach. Using a statutory approach and a conceptual approach, legal construction methods analyze the basic concepts for determining management rights over customary land of indigenous peoples. The results of this study emphasize the importance of setting fair timeframes to ensure fairness for all parties involved. This aims to eliminate legal uncertainty and potential losses, particularly for indigenous communities and those seeking these management rights. Provisions for the term of land use by third parties with the goal of fairness based on rights inequality; then, to come to an agreement that is good for both sides, the maximum term is based on the term of the Business Use Rights (HGU), which was 35 years, extended to 25, and renewed for another 35 years

 

Hak tradisional masyarakat hukum adat telah diakui dalam Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat dan pada Konstitusi Indonesia. Peraturan baru di Indonesia memperkenalkan hak pengelolaan yang berasal dari tanah adat, namun terdapat kekosongan hukum terkait jangka waktu perjanjian untuk berkolaborasi dengan pihak ketiga, ketidakpastian ini membahayakan masyarakat adat dan pihak ketiga. Tujuan penelitian untuk melindungi dan memberikan kepastian hak tradisional masyarakat adat dan juga pihak ketiga yang akan mengusahakan tanah hak pengelolaan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif, studi ini menggali konsep dasar untuk mengetahui hak pengelolaan di atas tanah ulayat  masyarakat adat dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual yang dianalisis dengan metode konstruksi hukum. Temuan penelitian ini menekankan perlunya menetapkan jangka waktu yang adil untuk memastikan keadilan bagi semua pihak yang terlibat. Hal ini bertujuan untuk mengatasi ketidakpastian hukum dan potensi kerugian, khususnya bagi masyarakat adat atas hak tradisionalnya dan bagi pihak yang akan mengusahakan hak pengelolaan tersebut. Ketentuan jangka waktu pemanfaatan lahan oleh pihak ketiga dengan tujuan keadilan atas dasar ketidaksamaan rawls, maka dasar penetapan perjanjian yang saling menguntungkan kedua belah pihak menggunakan jangka waktu maksimal sesuai dengan jangka waktu dari Hak Guna Usaha (HGU) diberikan 35, diperpanjang 25, dan diperbaharui 35 Tahun.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abdullah. (2013). Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan, dalam Gitiarso, Putusan Hakim Pidana Mencerminkan Asas Keadilan Berdasarkan Pancasila [Disertasi]. Universitas Brawijaya.

Adnyani, N. K. S., Atmaja, G. M. W., & Sudantra, I. K. (2021). Four Conditions for Recognition of Traditional Society in the Constitution and State Revenue Income. Journal of Indonesian Legal Studies, 6(2), 307–332. https://doi.org/10.15294/jils.v6i2.48044

Alting, H. (2011). Dinamika Hukum Dalam Pengakuan Dan Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah: Masa Lalu, Kini, dan Masa Mendatang. LaksBang PERSSindo.

Arizona, Y. (2014). Konstitualisme Agraria. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.

Azzahra, D. (2024). Sekjen AMAN: Situasi Masyarakat Adat Sedang Kritis karena Tak Ada UU Masyarakat Adat. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara - AMAN .

Badu, L. W., Kaluku, J. A., & Kaluku, A. (2021). Perlindungan Hak-Hak Konstitusional Masyarakat Adat di Kabupaten Boalemo dalam Penerapan Sanksi Adat. Jurnal Konstitusi, 18(1), 219–239. https://doi.org/10.31078/jk18110

Benda-Beckmann, F. von, & Benda-Beckmann, K. von. (2011). Myths and stereotypes about adat law: A reassessment of Van Vollenhoven in the light of current struggles over adat law in Indonesia. Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia, 167(2–3), 167–195. https://doi.org/10.1163/22134379-90003588

Cahyaningrum, D. (2022). Hak Pengelolaan Tanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat untuk Kepentingan Investasi. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22212/jnh.v13i1.2970

Diantha, P. M. (2016). Metodologi Penulisan Hukum Normatif. Prenada Media Group.

Dorough, D.S, Albert Deterville, & Victoria Lucia Tauli-Corpuz. (2014, July 21). Indigenous peoples cannot be “deleted” from the new global development goals, UN experts state. https://www.ohchr.org/en/press-releases/2014/07/indigenous-peoples-cannot-be-deleted-new-global-development-goals-un-experts

Fadli, M., & Hadi, S. (2023). Kepastian Hukum Perspektif Teoritik. Nuswantara Media Utama.

Fadli, M., Hadiyantina, S., Cahyandari, D., Liemanto, A., & Sholehudin, M. (2023). Inquiring into the Sustainable Tourism Village Development Through the Social Complexity of Adat Peoples in Digital Era. LJIH, 31(2), 181–201. http://www.ejournal.umm.ac.id/index.php/legality

Fadli, M., Hamidi, J., & Lutfi. (2011). Pembentukan Peraturan Desa Partisipatif (Head To Be A Good Village Governance). UB Press.

Fahmi, C., Jihad, A. A., Matsuno, A., Fauzan, F., & Stoll, P.-T. (2023). Defining Indigenous in Indonesia and Its Applicability to the International Legal Framework on Indigenous People’s Rights. Journal of Indonesian Legal Studies, 8(2), 1019–1064. https://doi.org/10.15294/jils.v8i2.68419

Hidayat, N., & Apriani, D. (2022). Peninjauan Hukum Menurut Hukum Adat Kampar: Sumbangan dalam Mewujudkan Hukum yang Responsif. Jurnal Konstitusi, 19(1), 225. https://doi.org/10.31078/jk19110

Jamin, M., Jaelani, A. K., Mulyanto, M., Kusumaningtyas, R. O., & Ly, D. Q. (2023). The Impact of Indonesia’s Mining Industry Regulation on the Protection of Indigenous Peoples. Hasanuddin Law Review, 9(1), 88. https://doi.org/10.20956/halrev.v9i1.4033

Koeswahyono, I. (2019). Tanah Untuk Keadilan Sosial?: Perbandingan Penataan dan Pengaturan Pertanahan di Beberapa Negara. Arena Hukum, 12(1), 64–90. https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2019.01201.4

Koeswahyono, I., & Maharani, D. (2022). Rasionalisasi Pengadilan Agraria di Indonesia Sebagai Solusi Penyelesaian Sengketa Agraria Berkeadilan. Arena Hukum, 15(1), 1–19. https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2022.01501.1

Konsorsium Pembaruan Agraria. (2024). Laporan Tahunan Agraria 2023. https://www.kpa.or.id/catatan-akhir-tahun/

M Hajar. (2015). Model-Model Pendekatan Dalam Penelitian Hukum dan Fiqh. UIN Suska Riau.

Marzuki, P. M. (2019). Penelitian Hukum: Edisi revisi (Cetakan ke-14). Kencana.

Nugroho, W. (2019). Kebijakan Pengelolaan Tambang dan Masyarakat Hukum Adat yang Berkeadilan Ekologis. Jurnal Konstitusi, 15(4), 816. https://doi.org/10.31078/jk1547

Permadi, I. (2018). Rekonseptualisasi Model Program Landreform yang Berkeadilan Sosial. Arena Hukum, 11(3), 471–483. https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2018.01003.3

Permadi, I. (2023a). Konstitusionalitas Keberadaan Bank Tanah dalam Pengelolaan dan Penguasaan atas Tanah oleh Negara. JURNAL USM LAW REVIEW, 6(1), 291. https://doi.org/10.26623/julr.v6i1.6678

Permadi, I. (2023b). The Problem of State Land Regulation in Indonesia and Comparison of Its Regulation with Malaysia (pp. 352–361). https://doi.org/10.2991/978-94-6463-140-1_35

Rifai, A. (2011). Penemuan Hukum Oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif (Cetakan Kedua). Sinar Grafika.

Sembiring, R. (2013). Hukum Pertanahan Adat. Rajawali Pers.

Safa’at, R., & Yono, D. (2017). Pengabaian Hak Nelayan Tradisional Masyarakat Hukum Adat Dalam Politik Perundang-Undangan Pengelolaan Sumber Daya Pesisir. Arena Hukum, 10(1), 40–60. https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2017.01001.3

Sasmitha, T., Budiawan, H., & Sukaryadi. (2014). Pemaknaan Hak Menguasai Negara oleh Mahkamah Konstitusi (Kajian terhadap Putusan MK No. 35/PUU-X/2012; Putusan MK No. 50/PUUX/ 2012; dan Putusan MK No. 3/PUU-VIII/2010). STPN Press.

Sen, A. (2009). The Idea of Justice. Belknap Press of Harvard University Press.

Setya, K. W., Nasihuddin, A. A., & Wook, I. (2023). Fulfilling Communal Rights through the Implementation of the Second Principle of Pancasila towards the Regulation on Agrarian Reform. Volksgeist: Jurnal Ilmu Hukum dan Konstitusi, 6(1), 89–102. https://doi.org/10.24090/volksgeist.v6i1.7867

Sinay, S. B., Nurjaya, I. N., Koeswahyono, I., & Safa’at, M. A. (2022). Legal Pluralism Of Spatial Rights Of Indigenous People In Arcipelagic Province In Indonesia. Russian Journal of Agricultural and Socio-Economic Sciences, 121(1), 12–22. https://doi.org/10.18551/rjoas.2022-01.02

Sulaiman, K. F. (2021). Polemik Fungsi Sosial Tanah dan Hak Menguasai Negara Pasca UU Nomor 12 Tahun 2012 dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU-X/2012. Jurnal Konstitusi, 18(1), 091–111. https://doi.org/10.31078/jk1815

Sunaryo, S. (2022). Konsep Fairness John Rawls, Kritik dan Relevansinya. Jurnal Konstitusi, 19(1), 001. https://doi.org/10.31078/jk1911

Syofyan, A. (2012). Perlindungan Hak-Hak Masyarakat Adat Menurut Hukum Internasional. Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum, 6(2). http://www.forestpeoples.org/.../surinamesar

United Nations Declaration on the Rights of Indigenous Peoples United Nations. (2007). https://www.un.org/development/desa/indigenouspeoples/wp-content/uploads/sites/19/2018/11/UNDRIP_E_web.pdf

Volker Türk. (2023, July 17). Indigenous Peoples can lead us all through the turbulence and risks of our era. United Nations Human Rights. https://www.ohchr.org/en/statements/2023/07/indigenous-peoples-can-lead-us-all-through-turbulence-and-risks-our-era-turk

Widowati, A. Dyah., Luthfi, N. Ahmad., & Guntur, G. N. I. (2014). Pengakuan dan Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan. STPN PRESS.

Wijaya, I A., Permadi, I., & Rahmat Safi’i, I. (2018). Penyelesaian Sengketa Tanah Ulayat Pada Proyek Pembangunan Jalan Di Papua Barat (Studi Kasus Di Kabupaten Sorong Papua Barat). Jurnal Jatiswara, 33(3), 310. https://doi.org/10.29303/jatiswara.v33i3.180

Wulan, D. N., Tjokroaminoto, V., & Ghofur, A. (2022). Analisis Hukum Pemberian Hak Pengelolaan Yang Berasal dari Tanah Ulayat Pasca Terbitnya Undang-Undang Cipta Kerja. Notaire, 5(1), 83. https://doi.org/10.20473/ntr.v5i1.32708

Zamil, Y. (2017). Perlindungan Hukum Pembeli Apartemen Atau Rumah Susun di Atas Tanah Hak Pengelolaan. Arena Hukum, 10(3), 441–461. https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2017.01003.6

Downloads

Published

2024-09-02

How to Cite

Maulana, I., Fadli, M. ., Herlindah, H., & Permadi, I. . (2024). Pengaturan Jangka Waktu Yang Berkeadilan Atas Perjanjian Kerjasama Kepada Pihak Ketiga Hak Pengelolaan Diatas Tanah Ulayat. Tunas Agraria, 7(3), 285–302. https://doi.org/10.31292/jta.v7i3.352