Konsolidasi Tanah untuk Penyelesaian Konflik di Tutupan Jepang dalam Kerangka Reforma Agraria: Studi Kasus Kalurahan Parangtritis, Bantul

Authors

  • Margaretha Elya Lim Putraningtyas Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
  • Sri Martini Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
  • Titin Rohayati Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.31292/jta.v7i3.350

Keywords:

GTRA, konflik agraria, konsolidasi tanah, reforma agraria, tanah tutupan

Abstract

The Japanese Government initiated the Japanese Covered Land Conflict in Parangtritis Subdistrict, Kapanewon Kretek, Bantul Regency by seizing community land, marking it in red ink on the Ledger Book/Letter C and labeling it as "Special I 15/X/03." The status of covered land remains unclear due to the absence of standard procedures and the government's refusal to return the land to the community or take it over. The research aims to analyze the implementation of land consolidation as a solution to resolving agrarian conflicts within the framework of agrarian reform. The research method employs a normative juridical approach, which includes examining research concepts, legal principles, and regulations, collecting field data, and documenting studies. The D.I. Agrarian Reform Task Force Team carried out conflict resolution within the agrarian reform framework. Yogyakarta. A land consolidation mechanism returned the covered land to the previous Japanese land owners. The research results show that this mechanism is an effective policy and solution because it involves the community and stakeholders and, at the same time, organizes land control, both owned by the community and over land cover areas affected by land acquisition as part of community participation for development. Land certification provides clarity of status, and land donation agreements for public infrastructure serve as a vehicle for community participation.

 

Konflik Tanah Tutupan Jepang di Kalurahan Parangtritis, Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul diawali dari perampasan tanah masyarakat oleh Pemerintah Jepang, di mana tanah masyarakat yang tercatat pada Buku Ledger/Letter C dicoret dengan tinta merah dan diberi catatan “Istimewa I 15/X/03”. Ketidakjelasan status tanah tutupan karena perubahan status tanah tidak melalui prosedur pada umumnya dan tidak pernah dikembalikan kepada masyarakat atau diambil alih oleh pemerintah. Penelitian bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan konsolidasi tanah sebagai solusi penyelesaian konflik agraria dalam kerangka reforma agraria. Metode penelitian menggunakan pendekatan yuridis normatif, yaitu mengkaji konsep, asas hukum serta peraturan terkait dengan penelitian, pengumpulan data lapangan dan studi dokumen. Penyelesaian konflik dilaksanakan dalam kerangka reforma agraria oleh Tim Gugus Tugas Reforma Agraria D.I. Yogyakarta. Tanah tutupan dikembalikan kepada bekas pemilik tanah Tutupan Jepang melalui mekanisme konsolidasi tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme ini merupakan kebijakan dan solusi yang efektif karena melibatkan masyarakat, stakeholder dan sekaligus melakukan penataan penguasaan tanah, baik milik masyarakat maupun  terhadap bidang tanah tutupan yang terkena dampak pengadaan tanah sebagai bagian dari partisipasi masyarakat untuk pembangunan. Kejelasan status diwujudkan dalam bentuk sertipikasi tanah, sedangkan partisipasi masyarakat diwujudkan dalam bentuk kesepakatan sumbangan tanah untuk prasarana umum.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Aksinudin, Saim. (2023). Implikasi Pertanahan dalam Penanganan Konflik Agraria di Indonesia. Litigasi, 24(2), 184–204. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v24i2.9804

Andriani, H. S. (2020). Evaluasi Kegiatan Konsolidasi Tanah Dalam Penyelesaian Sengketa Pertanahan di Desa Bejen Kecamatan Bejen Kabupaten Temanggung [Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta]. http://repository.stpn.ac.id/327/

Anugerah, I. (2019). Persoalan Agraria & Demokrasi di Indonesia (Agrarian Affairs and Democracy in Indonesia). PRISMA, 38(3), 3–16.

Astrisele, A., & Santosa, P. B. (2019). Journal of Geospatial Information Science and Engineering Estimating Land Value Change Post Land Consolidation of Gadingsari. JGISE:Journal of Geospatial Information Science and Engineering, 2(2), 195–205. https://doi.org/10.22146/jgise.51309

Baranowska, A., Zarzecka, K., & Rudzki, Z. (2019). The process of land consolidation as the element of arranging rural space on the example of the ?ubka and Zaliszcze Villages. Journal of Ecological Engineering, 20(1), 9–15. https://doi.org/10.12911/22998993/93876

De Vries, W. T. (2022). Social Aspects in Land Consolidation Processes. Land, 11(3). https://doi.org/10.3390/land11030452

Demetriou, D. (2013). The development of an integrated planning and decision support system (IPDSS) for land consolidation. Springer Science & Business Media. https://doi.org/10.1007/978-3-319-02347-2

Isnaini, & Lubis, A. A. (2023). Hukum Agraria Indonesia (Pelaksanaan PTSL dan Penyelesaian Konflik Agraria). CV. Pustaka Prima.

Junarto, R., Lutfi, A. N., Wijarnako, T. F., & Wulansari, H. (2022). Refleksi Atas Kinerja Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) di Daerah Istimewa Yogyakarta. INOVASI: Jurnal Politik dan Kebijakan, 2, 133–145.

Laporan Akhir Penyusunan Desain Tanah Tutupan. (2023).

Luthfi, A. N. (2019). Membangun Bersama Rumah Agraria. Sajogyo Institute.

Nugrahapsari, R. A., & Suharno. (2023). Kebijakan Sumber Daya Lahan dan Sistem Tenurial di Indonesia: Konsolidasi Lahan Melalui Pertanian Korporasi. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 40(2), 91–103. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21082/fae.v40n2.2022.91-103

Nurdin, M. (2018). Akar Konflik Pertanahan di Indonesia. Jurnal Hukum Positum, 3(2), 126. https://doi.org/10.35706/positum.v3i2.2897

Petunjuk Teknis Perencanaan Konsolidasi Tanah, (2024).

Purnama, D., & Khasanah, D. D. (2024). The Role of The National Land Agency in Preventing and Setting Land Disputes in Indonesia. Journal of Law, Politica and Humanities, 4(4), 943–954. https://doi.org/10.38035/jlph.v4i4.543

Raharjo, S. A., & Sulastriyono. (2017). Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah Bekas Okupasi Tentara Jepang di Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Universitas Gadjah Mada.

Ramadhan, Muhammad Nabil. (2023). Pembangunan Jalan Usaha Tani Menurut Peraturan Menteri pertanian Nomor 52 Tahun 2018 dan Maslahah Mursalah (Studi di Desa Jatirenggo Kecamatan Glagah). Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Safa’at, R. (2013). Ambivalensi Pendekatan Yuridis Normatif Dan Yuridis Sosiologis dalam Menelaah Sistem Kearifan Lokal Masyaraat Adat dalam pengelolaan Sumber Daya Alam. Lex Jurnalica, 10(1).

Sembiring, J. (2012). Tanah Negara. STPN Press.

Simatupang, Redimon Lala. (2020). Rancangan Konsolidasi Tanah Terhadap “Tanah Tutupan” sebagai Pelaksanaan Reforma Agraria di Kabupaten Bantul [Sekolah Tinggi Pertanahan Yogyakarta]. http://journal.umsurabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203

Simatupang, R. L., Sutaryono, & Luthfi, A. N. (2021). Merancang Konsolidasi Tanah. Jurnal Tunas Agraria, 4(1). https://www.jurnaltunasagraria.stpn.ac.id/index.php/JTA/article/view/138

Sonata, D. L. (2014). Hukum dan Penelitian Hukum. Fiat Justisia, 8(1), 134. https://doi.org/10.25041/FiatJustisia.V8NO1.283

Sugiharto. (2017). Politik Hukum Pertanahan Pasca Undang-Undang Nomer 13 Tahun 2012 Tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Terhadap Sultan Ground dan Paku Alaman Ground). Universitas Indonesia.

Sulle, D., & Sudaryono. (2006). Konsolidasi tanah perkotaan secara swadaya di desa Trimulyo Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman. Universitas Gadjah Mada.

Sumardjono, M., Ismail, N., & Isharyanto. (2008). Mediasi Sengketa Tanah Potensi Penerapan Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR) di Bidang Pertanahan. Penerbit Kompas.

Sumardjono, M. S. W. (1997). Penyelesaian Sengketa Pertanahan Melalui Lembaga Mediasi. Era Hukum, 11(3).

Surata, I. G. (2022). Penyebab Terjadinya Konflik Pertanahan. Jurnal Hukum, 10(2), 137–144. https://doi.org/10.37637/kw.v10i2.1247

Sutaryono. (2023). Reforma Agraria Selesaikan Konflik Agraria. SKH Kedaulatan Rakyat. http://repository.stpn.ac.id/id/eprint/3917

Thetanaya, & Nurcholis, C. (2021). Public Engagement in Agrarian Conflict Resolution. Dialogue?: Jurnal Ilmu Administrasi Publik, 3(2), 170–193. https://doi.org/10.14710/dialogue.v3i2.13190

Utami, W., & Sarjita. (2021). Pengadaan Tanah di Indonesia dan Beberapa Negara Dari Masa ke Masa. STPN Press, Yogyakarta

Wehrmann, B. (2008). Land Conflicts?: A practical guide to dealing with land disputes. Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH.

West, R. (2011). Normatif Jurisprudence?: An Introduction. Cambridge.

Yunianto, Fajar. (2017). Kajian Yuridis Status Tanah “Tutupan” di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Yogyakarta.

Downloads

Published

2024-09-02

How to Cite

Putraningtyas, M. E. L. ., Martini, S., & Rohayati, T. (2024). Konsolidasi Tanah untuk Penyelesaian Konflik di Tutupan Jepang dalam Kerangka Reforma Agraria: Studi Kasus Kalurahan Parangtritis, Bantul. Tunas Agraria, 7(3), 343–367. https://doi.org/10.31292/jta.v7i3.350