Politik hukum pendaftaran tanah elektronik pasca undang-undang cipta kerja
DOI:
https://doi.org/10.31292/jta.v6i1.201Keywords:
Electronic land certificate, land registration, land rightsAbstract
Implementation of electronic land registration as a form of efficiency, transparency, and accountability in providing public services to the community. So, the purpose of this study is to analyze the legal politics of the electronic land registration system from a regulatory perspective after the publication of the job creation act. The method used is normative legal research with a statutory regulation approach. The results of the study show that after the publication of the job creation act, one of the goals is to reduce overlapping regulations and conflicting norms, which are not achieved, and even become complicated at the implementation level. If there is disharmony between regulations governing electronic land registration, synchronization of regulations is a necessity. Electronic certificates as the final product of land registration as an embodiment of certainty and protection of land have strong, valid, and irrefutable evidence, according to the size of the area and boundaries, and even become valid evidence in court proceedings. The quality of good land data as a measure of the success of electronic land registration has positive sides including efficiency, cheaper land services, accountability, and accessibility.
Implementasi pendaftaran tanah elektronik sebagai wujud efisiensi, transparansi dan akuntabilitas dalam melakukan layanan publik kepada masyarakat. Maka tujuan penelitian ini adalah menganalisis politik hukum sistem pendaftaran tanah elektronik dari sisi regulasi setelah terbitnya undang-undang cipta kerja. Metode yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan peraturan perundang-undangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasca terbitnya undang-undang cipta kerja salah satunya tujuannya adalah mengurangi tumpang tindih regulasi dan konflik norma tidak tercapai, bahkan menjadi keruwetan sendiri dalam tataran pelaksanaannya. adanya disharmoni di antara regulasi yang mengatur pendaftaran tanah elektronik, maka sinkronisasi regulasi merupakan sebuah keniscayaan. Sertifikat elektronik sebagai produk akhir pendaftaran tanah sebagai mewujudkan kepastian dan perlindungan atas tanah memiliki bukti yang kuat, valid dan tidak terbantahkan, sesuai ukuran luas dan batas-batasnya, bahkan menjadi alat bukti yang sah dalam proses peradilan. Kualitas data pertanahan yang baik sebagai tolak ukur keberhasilan pendaftaran tanah elektronik yang memiliki sisi positif diantarnya efisiensi, layanan pertanahan lebih murah, akuntabilitas dan aksesibilitas.
Downloads
References
Alfons, Mujiburohman, D. A., & Sutaryono. (2021). Penerbitan dan pembatalan sertipikat hak atas tanah karena cacat administrasi. Jurnal Ilmu Hukum, 10(2), 277–288.
Andiyanto, K., Mujiburohman, D. A., & Budhiawan, H. (2021). Penerapan pendaftaran hak tanggungan terintegrasi secara elektronik di kantor pertanahan kota Pekanbaru. Acta Comitas: Jurnal Hukum Kenotariatan, 6(1), . 198 – 210.
Anggoro, S. A. (2019). Politik hukum: mencari sejumlah penjelasan. Jurnal Cakrawala Hukum, 10(1), 77–86.
Busroh, F. F. (2017). Konseptualisasi omnibus law dalam menyelesaikan permasalahan regulasi pertanahan. Arena Hukum, 10(2), 227–250. https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2017.01002.4
Direktorat Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah. (2021). Sertipikat elektronik menuju pelayanan pertanahan modern berstandar dunia. Kementerian ATR/BPN.
Huda, N., & Wandebori, H. (2021). Problematika transformasi sertipikasi tanah digital. Marcapada: Jurnal Kebijakan Pertanahan, 1(1), 17–28. https://doi.org/https://doi.org/10.31292/jm.v1i1.7
Hutagalung, A. S., Verstappen, L. C., Kolkman, W. D., & Bosko, R. E. (2012). Hukum pertanahan di Belanda dan Indonesia. Pustaka Larasan.
Ismail, N. (2012). Arah politik hukum pertanahan dan perlindungan kepemilikan tanah masyarakat. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 1(1), 33–51.
Ismail, N. (2021). Catatan terjadinya inkonsistensi internal & vertikal substansi PP No.18 Tahun 2021.
Kirchhoff, D., & Tsuji, L. J. S. (2014). Reading between the lines of the “Responsible Resource Development” rhetoric: The use of omnibus bills to “streamline” Canadian environmental legislation. In Impact Assessment and Project Appraisal (Vol. 32, Issue 2, pp. 108–120). Taylor & Francis. https://doi.org/10.1080/14615517.2014.894673
Kusmiarto, K., Aditya, T., Djurdjani, D., & Subaryono, S. (2021). Digital transformation of land services in Indonesia: A readiness assessment. Land, 10(2), 1–16. https://doi.org/10.3390/land10020120
Mayasari, I. (2020). Kebijakan reformasi regulasi melalui implementasi omnibus law di Indonesia. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 9(1), 1. https://doi.org/10.33331/rechtsvinding.v9i1.401
Mujiburohman, D. A. (2018). Potensi permasalahan pendaftaran tanah sistematik lengkap (PTSL). BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan, 4(1), 88–101.
Mujiburohman, D. A. (2021). Transformasi dari kertas ke elektronik: Telaah yuridis dan teknis sertipikat tanah elektronik. Bhumi?: Jurnal Agraria Dan Pertanahan, 7(1), 57–67. https://doi.org/10.31292/bhumi.v7i1.472
Negara, C. U. K. K., Maylinda, P. D., & Pratiwi, N. W. W. (2021). Urgensi sistem pengamanan pada sertifikasi tanah digital. Rewang Rencang?: Jurnal Hukum Lex Generalis, 2(9), 832–855. https://doi.org/https://doi.org/10.56370/jhlg.v2i9.91
Nugraha, J. P., Kurniawan, A. P., Putri, I. D., Wicaksono, R. K., & Tarisa. (2022). Penerapan Blockchain untuk pencegahan sertipikat tanah ganda di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Jurnal Widya Bhumi, 2(2), 123–135. https://doi.org/https://doi.org/10.31292/wb.v2i2.43
Sapardiyono, & Pinuji, S. (2022). Konsistensi perlindungan hukum kepemilikan dan hak atas tanah melalui sertifikat tanah elektronik. Jurnal Widya Bhumi, 2(1), 54–64. https://doi.org/https://doi.org/10.31292/wb.v2i1.19
Silviana, A. (2021). Urgensi sertipikat tanah elektronik dalam sistem hukum pendaftaran tanah di Indonesia. Administrative Law and Governance Journal, 4(1), 51–68. https://doi.org/https://doi.org/10.14710/alj.v4i1.51- 68
Sumardjono, M. S. W. (2021). “Quo Vadis regulasi pengelolaan pertanahan pasca UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja?” (Issue September).
Suriadinata, V. (2019). Penyusunan undang-undang di bidang investasi: Kajian pembentukan omnibus law di Indonesia. Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu Hukum, 4(1), 115–132. https://doi.org/10.24246/jrh.2019.v4.i1.p115-132
Wibowo, A. T., & Kinanggi, D. (2022). Analysis of the Job Creation Act ( UUCK ) mandate through Government Regulation Number 18 of 2021. Marcapada: Jurnal Kebijakan Pertanahan, 2(1), 1–11. https://doi.org/https://doi.org/10.31292/mj.v2i1.21
Wulan, D. R., Salim, M. N., & Rineksi, T. W. (2022). Re-Scanning the electronic certificate infrastructure ( Sertipikat-el ). Marcapada: Jurnal Kebijakan Pertanahan, 2(1), 12–23. https://doi.org/https://doi.org/10.31292/mj.v2i1.24
Wulansari, H., Junarto, R., & Mujiburohman, D. A. (2021). Mewujudkan sistem pendaftaran tanah publikasi Positif. Riau Law Journal, 5(1), 61–74. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30652/rlj.v5i1.7875
Yani, A., & Syafiin, R. A. (2021). Pengarsipan elektronik sertifikat tanah untuk menjamin ketersediaan arsip sebagai alat bukti yang sah pada sengketa pertanahan. Khazanah: Jurnal Pengembangan Kearsipan, 14(1), 57. https://doi.org/10.22146/khazanah.59105
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2022 Androvaga Renandra Tetama
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.